No image available for this title

Skripsi Kedokteran

KARAKTERISTIK PENDERITA SCHISTOSOMIASIS DI PUSKESMAS LINDU, KECAMATAN LINDU, KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH PADA TAHUN 2014



ARACTERISTIC SCHISTOSOMIASIS SUFFERER AT PUSKESMAS LINDU, DISTRICT OF LINDU, REGENCY OF SIGI, CENTRAL SULAWESI ON 2014.
Riris Sutrisno*, I Njoman Widajadnja**, Nur Asmar Salikunna***
*Medical Student, Faculty of Medicine and Health ScCHience, Tadulako University
**Physiology Department, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University
***Anatomy Pathology Department, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University
ABSTRACT
Background: Schistosomiasis is intravascular disease that cause by trematoda parasites of the genus Schistosoma. In Indonesia, there are two endemic area in Central Sulawesi, namely Lindu Highland and Napu Highland. On 2014, the patient of schistosomiasis was increased. There were 52 patients of schistosomiasis on 2014, 16 patients on 2013, and 29 patients on 2012. The purpose of this research is to know characteristic schistosomiasis sufferer at Puskesmas Lindu, District of Lindu, Regency of Sigi, Central Sulawesi on 2014.
Research Method: This research is observational descriptive survey. The population is all patients diagnosed with schistosomiasis were recorded in the medical record (status book) in puskesmas Lindu, District Lindu, Regency of Sigi, Central Sulawesi on 2014 as many as 52 people. Sample that use are all schistosomiasis sufferer that fulfilled inclusion and exclusion criteria.
Result: Based on the results of the study found that the highest age group 23-32 years, male was dominant based on sex, residence highest in Puro area, stool examination found 52 of 52 samples were positive, work is predominantly farmers, education is the dominant junior most farmers not using self-protection, water resources mostly came from the mountains, the factors of race/ethnic dominant tribe Kulawi , average people have a bathroom earthquake, most do not have the means of communication and transport, and people's incomes is uncertain.
Conclusion: Based on the result of this research, the highest age group 23-32, male was dominant based on sex, highest residence in Puro area, and stool examination found 52 of 52 samples were positive.
Keywords: Characteristic, Schistosomiasis.
KARAKTERISTIK PENDERITA SCHISTOSOMIASIS DI PUSKESMAS LINDU, KECAMATAN LINDU,
KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH PADA TAHUN 2014
Riris Sutrisno*, I Njoman Widajadnja**, Nur Asmar Salikunna***
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
**Bagian Fisiologi, Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
***Bagian Patologi Anatomi, Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
ABSTRAK
Latar Belakang: Schistosomiasis merupakan penyakit intravaskular yang disebabkan oleh cacing trematoda parasit dari genus Schistosoma. Di Indonesia, schistosomiasis ditemukan di dua daerah endemik di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi Napu. Pada tahun 2014, jumlah penderita schistosomiasis meningkat. Didapatkan 52 orang yang menderita schistosomiasis tahun 2014, tahun 2013 berjumlah 16 orang, dan tahun 2012 berjumlah 29 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita schistosomiasis di Puskesmas Lindu, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2014.
Metode penelitian: Jenis penelitian adalah survey observasional deskriptif. Populasi adalah seluruh pasien yang terdiagnosis schistosomiasis yang tercatat pada rekam medis (buku status) di puskesmas Lindu, pada tahun 2014 sebanyak 52 orang. Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien penderita schistosomiasis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian di temukan bahwa kelompok umur tertinggi yaitu 23-32 tahun, jenis kelamin dominan yaitu laki-laki, tempat tinggal terbanyak di daerah Puro, pemeriksaan tinja di dapatkan 52 orang dari 52 sampel positif, pekerjaan dominan adalah petani, pendidikan dominan adalah SLTP, sebagian besar petani tidak menggunakan alat proteksi diri, sumber air terbanyak berasal dari pegunungan, faktor ras/suku dominan adalah suku kulawi, rata-rata masyarakat Lindu memiliki kamar mandi, sebagian besar tidak memiliki alat komunikasi dan transportasi, dan penghasilan masyarakat tidak menentu.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian di dapatkan kelompok usia tertinggi adalah 2332 tahun, jenis kelamin terbanyak yaitu pada laki-laki, tempat tinggal yang terbanyak pada daerah puro, dan pemeriksaan tinja di dapatkan 52 orang dari 52 sampel positif.
Kata Kunci: Karakteristik, Schistosomiasis
PENDAHULUAN
Schistosomiasis merupakan penyakit intravaskular yang disebabkan oleh cacing trematoda parasit dari genus Schistosoma.[1] World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 800 juta penduduk dunia berisiko terkena schistosomiasis, 200 juta yang sudah terinfeksi dan 120 juta yang bergejala. Schistosomiasis berhubungan dengan faktor kemiskinan, sanitasi yang jelek dan tempat tinggal yang kumuh.[2]
Schistosomiasis endemik di 74 negara tropis di seluruh dunia, yang mempengaruhi lebih dari 200 juta orang, sementara 500-600 juta orang beresiko menjadi terinfeksi. Daerah sebaran schistosomiasis sesuai dengan sebaran populasi siput yang menjadi hospes perantara masing-masing spesies cacing. Schistosoma haematobium dilaporkan dari Afrika dan negara-negara Timur Tengah, sedangkan Schistosoma japonicum endemis di Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Schistosoma mansoni banyak dijumpai di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Schistosomiasis japonicum di Indonesia dilaporkan endemis di Sulawesi Tengah dengan prevalensi antara 12% sampai dengan 74%.[3]
Kasus schistosomiasis di Indonesia telah terjadi pada tahun 1935, yang pertama kali di temukan di Desa Tomado, Dataran Tinggi Lindu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan oleh Schistosoma japonicum yang ditemukan di dua daerah endemik di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi Napu. Secara keseluruhan, penduduk yang berisiko tertular sebanyak 15.000 orang. Pada tahun 1940, penelitian schistosomiasis telah dimulai di Indonesia, dimana didapatkan 53% dari 176 penduduk yang telah diperiksa tinjanya positif ditemukan telur cacing
Schistosoma.[4]
Pada tahun 2014, jumlah penderita schistosomiasis meningkat dari tahun sebelumnya. Didapatkan 52 orang yang menderita schistosomiasis tahun 2014, tahun 2013 berjumlah 16 orang dan tahun 2012 berjumlah 29 orang.[5]
METODE
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, pada bulan Juni tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey observasional deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosis schistosomiasis yang tercatat pada rekam medis (buku status) di puskesmas Lindu tahun 2014 sebanyak 52 orang. Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien penderita schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi yaitu:
1. Kriteria inklusi
Penderita schistosomiasis yang tercatat pada rekam medis di puskesmas
Lindu, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014.
2. Kriteria eksklusi
a) Pasien yang tidak bersedia di lakukan wawancara.
b) Alamat pasien yang tertulis di rekam medis tidak sesuai.
c) Pasien sedang tidak berada di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
d) Pasien telah meninggal dunia.
e) Bahasa pasien yang tidak di mengerti.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa data rekam medis (buku status) dan data primer berupa hasil wawancara pasien schistosomiasis di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014. Selanjutnya, dilakukan pencatatan semua variabel yang akan diteliti sesuai dengan yang tercatat dalam rekam medis dan hasil wawancara. Hasil yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk narasi, diagram dan tabel distribusi.
HASIL

Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah Pada
Tahun 2014 Berdasarkan Umur
Sumber: (Rekam Medik Puskesmas Lindu, 2014)
Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa jumlah penderita terbanyak yang menderita schistosomiasis adalah kelompok umur 23-32 tahun sebanyak 16 orang (30,77%), dan yang terendah adalah kelompok umur 13-22 tahun sebanyak 0 (%).

Lindu, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah Pada Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: (Rekam Medik Puskesmas Lindu, 2014)
Berdasarkan Gambar 4.2, terlihat bahwa dari 52 orang penderita
schistosomiasis, jumlah penderita yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak di banding jenis kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang (53,85%) sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang (46,15%).

Lindu Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi
Tengah Pada Tahun 2014 Berdasarkan Tempat Tinggal
Sumber: (Rekam Medik Puskesmas Lindu, 2014)
Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat bahwa dari 52 orang penderita
schistosomiasis, paling banyak terjadi pada Desa Puro yaitu sebanyak 27 orang (51,92%), kemudian terendah terjadi di Desa Tomado, di mana tidak terdapat penderita schistosomiasis (0%).

Lindu, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah Pada Tahun 2014 Berdasarkan Pemeriksaan Tinja. Sumber: (Rekam Medik Puskesmas Lindu, 2014)
Berdasarkan Gambar 4.4, setelah dilakukan pemeriksaan tinja terlihat bahwa dari 52 penderita schistosomiasis menunjukkan semua hasil yang positif yang berarti terdapat telur schistosomiasis pada tinja penderita.
PEMBAHASAN
Dari hasil yang didapatkan persentase umur yang terbanyak menderita schistososmiasis adalah umur 23-32 tahun, hal ini disebabkan karena faktor pekerjaan. Menurut Rosmini (2010), pekerjaan adalah salah satu faktor yang berperan dalam kejadian schistosomiasis. Hal ini sesuai dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Rosmini[4] yang menyatakan bahwa pada kelompok umur 20-29 tahun merupakan kelompok umur terbanyak yang menderita schistosomiasis. Kemudian, pada kelompok umur 13-22 tahun tidak ditemukan yang menderita schistosomiasis. Hal ini disebabkan oleh salah satu faktor yaitu pendidikan, yang menyatakan bahwa pada usia tersebut sudah masuk kategori pendidikan tinggi. Artinya, pada usia tersebut mereka telah menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka, dan kesehatan orang lain.
Dari hasil penelitian Rosmini[4] didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita schistosomiasis di bandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Hal Ini di sebabkan karena laki-laki lebih sering terpapar dengan daerah fokus dan juga lebih sering kontak dengan air.
Pada daerah Puro merupakan daerah yang paling banyak terkena schistosomiasis. Hal ini disebabkan karena daerah Puro merupakan daerah yang identik dengan persawahan (daerah lembab) yang dimana daerah Puro banyak juga ditemukan area fokus yang sangat mempengaruhi penyakit schistosomiasis. Kemudian, pada daerah Tomado tidak di temukan penderita schistosomiasis. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah yang jarang ada area persawahan dan area fokus.
Berdasarkan pemeriksaan tinja didapatkan jumlah penderita schistosomiasis yang positif yaitu sebanyak 52 orang (100%), dari 52 sampel.
Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya adalah faktor pekerjaan, pendidikan, pencegahan, sumber air, ras/suku, kamar mandi, alat komunikasi, angkutan transportasi pribadi, dan penghasilan. Dari hasil suatu wawancara di dapatkan bahwa pada faktor pekerjaan, yang paling dominan adalah petani. Karena, pada daerah Lindu penghasilan yang paling utama adalah bertani. Adapun pekerjaan yang lainnya seperti, nelayan, ibu rumah tangga, pegawai negeri juga ada.
Faktor kedua yaitu pendidikan. Pada faktor pendidikan, yang paling dominan adalah SLTP. adapun pendidikan yang lainnya seperti D3, dan S1. Hal ini dikarenakan faktor sosial ekonomi yang rendah. Faktor yang ketiga yaitu pencegahan. Dari hasil yang di dapatkan bahwa sebagian besar petani tidak menggunakan alat proteksi diri. Hal tersebut di karenakan petani kesulitan menggunakan alat proteksi diri saat turun di sawah.
Pada faktor keempat yaitu sumber air, didapatkan hasil bahwa masyarakat Lindu mendapatkan sumber air yang di butuhkan sehari-hari dari air pegunungan. Pada faktor kelima yaitu ras/suku, didapatkan hasil bahwa suku yang dominan yang berada di Lindu adalah suku Kulawi. Tetapi, ada juga suku lain seperti suku Kaili, suku Jawa, dan suku Toraja. Pada faktor keenam yaitu kamar mandi, didapatkan hasil bahwa rata-rata masyarakat Lindu memiliki kamar mandi tetapi ada juga yang tidak memiliki.
Pada faktor ketujuh yaitu komunikasi, didapatkan hasil bahwa rata-rata masyarakat Lindu tidak memiliki alat komunukasi, tetapi ada sebagian yang mempunyai alat komunikasi. Pada faktor kedelapan yaitu angkutan transportasi, didapatkan hasil bahwa rata-rata masyarakat Lindu tidak memiliki alat transportasi dan hanya beberapa masyarakat yang memiliki alat transportasi. Pada faktor kesembilan yaitu penghasilan, didapatkan hasil bahwa rata-rata penghasilan masyarakat Lindu tidak menentu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kelompok umur, didapatkan resiko schistosomiasis tertinggi pada kelompok umur 23-32 tahun (30,77%) dan yang terendah adalah pada kelompok umur 13-22 tahun (0%). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penderita
schistosomiasis yang berjenis kelamin laki-laki (53,85%) lebih banyak dibanding jenis kelamin perempuan (46,16%). Berdasarkan tempat tinggal, kasus schistosomiasis paling banyak terjadi di daerah Puro (51,92%) dan yang terendah terjadi di daerah Tomado (0%). Berdasarkan pemeriksaan tinja, pada tahun 2014 di dapatkan 52 orang dari 52 sampel positif di temukan telur Schistosoma (100%). Berdasarkan pekerjaan, didapatkan pekerjaan yang paling dominan adalah petani. Berdasarkan pendidikan, didapatkan pendidikan yang paling dominan adalah SLTP. Berdasarkan pencegahan, didapatkan bahwa sebagian besar petani tidak menggunakan alat proteksi diri. Berdasarkan faktor sumber air, didapatkan bahwa masyarakat Lindu mendapatkan sumber air yang di butuhkan sehari-hari berasal dari air pegunungan. Berdasarkan faktor ras/suku, didapatkan bahwa suku yang dominan yang berada di Lindu adalah suku Kulawi. Berdasarkan faktor fasilitas rumah (kamar mandi), didapatkan bahwa rata-rata masyarakat lindu memiliki kamar mandi tetapi ada juga yang tidak memiliki. Berdasarkan faktor alat komunikasi, didapatkan bahwa rata-rata masyarakat Lindu sebagian besar tidak memiliki alat komunikasi, tetapi ada sebagian yang mempunyai alat komunikasi. Berdasarkan faktor angkutan transportasi, didapatkan bahwa rata-rata masyarakat Lindu sebagian besar tidak memiliki alat transportasi, dan hanya beberapa masyarakat yang memiliki alat transportasi. Berdasarkan dari segi penghasilan, didapatkan bahwa rata-rata penghasilan masyarakat Lindu tidak menentu.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian lebih dalam mengenai karakteristik penderita schistosomiasis di Lindu, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Diharapkan kepada pihak puskesmas Lindu agar lebih melengkapi data pada rekam medis mengenai tanda dan gejala dan pemeriksaan fisik dari penyakit schistosomiasis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen PP & PL kemenkes. Program Pengendalian Skistosomiasis. (diakses 06 November 2014) http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/program_ pengendalian_schistosomiasis.pdf; 2010.
2. Mubin, A.H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed.V.Jilid III, Internal Jakarta :
Publishing; 2009.
3. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: CV Sagung Seto; 2011.
4. Rosmini et a,l. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penularan Schistosoma japonicum Di Dataran Tinggi Napu Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan, 38 (3): 131-139; 2010 (diakses pada 18 februari 2015) .
5. Balai Litbangkes P2B2 Donggala. Data Prevalensi Pada manusia di Sulawesi Tengah. Palu; 2014.


Ketersediaan

SKD2016365N 101 11 038 SUT kMy LibraryTersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
N 101 11 038 SUT k
Penerbit : Palu.,
Deskripsi Fisik
xv , 43 hlm ; 29 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
xv , 43 hlm ; 29 cm
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this